Makna Keimanan dalam Perspektif Lintas Iman

  1. Atheisme

Atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam pengertian yang paling luas, ia adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan.

Meskipun Atheis memiliki banyak sekali anggapan bahwa mereka tidak beragama, akan tetapi ada pula dalam salah satu paham Atheis yang memiliki ‘agama’(lebih tepatnya menamakan pahamnya sebagai sebuah bentuk agama dan juga menjadikan apa yang dilakukan di dalam tempat suci mereka adalah sebuah bentuk ritual ibadah).

Atheis sendiri terbagi menjadi 2, pertama adalah Atheisme praktis, dapat berupa:

  1. Ketiadaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada Tuhan tidak memotivasi tindakan moral, religi, ataupun bentuk-bentuk tindakan lainnya.
  2. Pengesampingan masalah Tuhan dan religi secara aktif dari penelusuran intelek dan tindakan praktis.
  3. Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada permasalahan Tuhan dan agama.
  4. Ketidaktahuan akan konsep Tuhan dan dewa.

Dan jenis Atheis yang kedua yaitu Ateisme teoretis, secara eksplisit memberikan argumen menentang keberadaan Tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan Tuhan, seperti misalnya argumen dari rancangan dan taruhan Pascal. Terdapat berbagai alasan-alasan teoretis untuk menolak keberadaan tuhan, utamanya secara ontologis(konkret, hakikat), gnosiologis(hubungan dengan Tuhan), dan epistemologis(asal, sifat, karakter). Selain itu terdapat pula alasan psikologis(proses mental) dan sosiologis(lingkungan masyarakat).

Jadi secara garis besar, kaum Atheis secara umum tidak memiliki/meng-apatiskan(sikap pengacuhan, tidak peduli, masa bodoh) teori-teori keimanan. Akan tetapi mereka tetap memiliki keyakinan akan kebenaran yang mereka jadikan tolok ukur dalam hal kaitannya moralitas keseharian yang tanpa adanya motivasi yang bersifat religius atau teologis.

  1. Hindu

Theologi dalam terminologi agama Hindu disebut Brahma Vidya yaitu pengetahuan tentang Brahma (Tuhan). Dalam keyakinan agama Hindu, Brahman atau Tuhan hanyalah satu, esa, tidak ada duanya, namun karena kebesaran dan kemuliaanNya, para resi dan orang-orang yang bijak menyebutnya dengan beragam nama.

Agama Hindu merupakan sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat monoteisme(satu Tuhan), politeisme(banyak Tuhan), panenteisme(kepercayaan yang menyatakan bahwa Tuhan ada dan meresapi setiap bagian dari alam), panteisme(pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan), monisme(hanya ada satu substansi dalam alam), dan ateisme. Konsep ketuhanannya bersifat kompleks dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan filsafat yang diikuti. Kadangkala agama Hindu dikatakan bersifat henoteisme (melakukan pemujaan terhadap satu Tuhan, sekaligus mengakui keberadaan para dewa), namun istilah-istilah demikian hanyalah suatu generalisasi berlebihan.

Mazhab Wedanta(ajaran ini mengkaji salah satu bagian kitab Weda, yaitu kitab Upanisad) dan Nyaya(mazhab yang berdasar penelitian analitis dan kritis. Ajaran ini berdasarkan pada ilmu logika, sistematis, kronologis dan analitis) menyatakan bahwa karma(konsep “aksi” atau “perbuatan” yang dalam agama India dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas  yaitu, siklus yang disebut “samsara“, keadaan tumimbal lahir (kelahiran kembali) yang berulang-ulang tanpa henti) itu sendiri telah membuktikan keberadaan Tuhan.

Itu artinya, meskipun dalam agama hindu tidak ada istilah “iman”, akan tetapi dalam agama mereka diajarkan tentang kepercayaan terhadap adanya/keberadaan Tuhan. Dan kepercayaan mereka akan Tuhan menjadi motivasi religius dalam moralitas keseharian(seperti kepercayaannya tentang karma).

3. Kristen

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan monoteistik yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru(sering disingkat PB, merupakan bagian utama yang kedua dari kanon Alkitab Kristen(sekumpulan kitab yang dianggap oleh suatu denominasi(suatu kelompok keagamaan yang dapat diidentifikasikan di bawah satu nama, struktur, dan/atau doktrin) Kristen sebagai terinspirasi secara ilahi dan dengan demikian membentuk sebuah Alkitab Kristen), yang mana bagian pertamanya adalah Perjanjian Lama (sering disingkat PL, merupakan bagian pertama dari Alkitab Kristen, yang utamanya berdasarkan pada Alkitab Ibrani, berisikan suatu kumpulan tulisan keagamaan karya bangsa Israel kuno) yang didasarkan pada Alkitab Ibrani(kumpulan teks-teks Yahudi kanonikal). Perjanjian Baru berbahasa Yunani ini membahas ajaran-ajaran dan pribadi Yesus, serta berbagai peristiwa dalam Kekristenan pada abad ke-1. Umat Kristen memandang PB bersama-sama dengan PL sebagai kitab suci.. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias yang diramalkan dalam Perjanjian Lama, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa.

Pemeluk agama Kristen mengimani bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, dan memegang ajaran yang disampaikan Yesus Kristus. Dalam kepercayaan Kristen, Yesus Kristus adalah pendiri jemaat (gereja) dan kepemimpinan gereja yang abadi (Injil Matius 16: 18-19)

Dalam agama Kristen istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung komponen-komponen makna sebagai berikut:

  1. percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar,
  2. mengandalkan/mempercayakan diri setia

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam agama Kristen(mengingat agama Kristen adalah salah satu agama Samawi) keimanan adalah hal penting yang memberikan motivasi religius dalam moralitas keseharian.

4. Islam

Dalam bukunya yang berjudul “Iman dan Kehidupan”,  menurut Yusuf Al Qardhawi pengertian iman yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.

Menurut Yusuf Al Qardhawi, ia menjelaskan hal-hal yang berkaitan tentang keimanan dan hal-hal yang menegasikan penyalah-artian keimanan.

Berikut adalah ringkasannya;

  1. Iman bukan semata-mata pernyataan seseorang dengan lidahnya.
  2. Iman bukan semata-mata mengerjakan amal dan syi’ar yang biasa dilaksanakan orang-orang beriman.
  3. Iman bukan semata-mata mengetahui arti dari hakikat keimanan.
  4. Iman perlu dapat diterima oleh akal sampai pada tingkat keyakinan yang kuat.
  5. Iman disamping pengetahuan, pengertian, dan kepercayaan yang kuat, perlu sejalan dengan keikhlasan.
  6. Iman hendaknya juga bisa menimbulkan semangat kerja dan berkorban dengan harta dan diri.
  7. Al quran selalu mengemukakan dan menggambarkan iman dalam bentuk budi pekerti yang baik dan amal yang berguna.

Dalam buku karya Syeikh Imam Abu Hasan Al Asy’ari yang berjudul “Maqaalaat Al-Islamiyah wa Ikhtilaf Al Mushallihin”. Ada pendapat dari Hisym al-Fuwathi bahwa iman itu mencakup segala aspek perbuatan yang menjurus pada ketaatan, baik yang berupa perbuatan wajib maupun yang dianjurkan.

Dari sini dapat dilihat bahwa islam sangat menekankan arti keimanan itu dalam bentuk aplikasi moralitas keseharian. Meskipun pendapat tiap-tiap sekte/aliran(yang dikemukakan oleh para tokohnya) berbeda-beda, aspek yang penting dari keimanan adalah keyakinan hati tentang ketuhanannya.

Tinggalkan komentar